Kapolri Jenderal Pol Sutarman dan KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membentuk tim investigasi menyelidiki bentrokan Polri-TNI,
yakni antara anggota Brimob Kepulauan Riau dan prajurit Batalyon
Infanteri (Yonif) 134/Tuah Sakti yang menewaskan salah satu prajurit
pada Rabu 19 November silam.
Menangggapi insiden tersebut, mantan
Wakapolri Komjen Purnawirawan Pol Oegroseno mengatakan, jelas pemimpin
harus bertanggung jawab.
Menurut Oeroseno yang juga mantan
Kapolda Metro Jaya, pertikaian tersebut juga lantaran kurangnya
komunikasi yang terjalin di antara kedua belah pihak. Mulai dari tataran
di anggota bawah sampai setingkat jenderal atau pimpinan di wilayah
tersebut.
"Pemimpin harus bertanggung-jawab itu. Enak saja nggak
tanggung jawab, itu risiko. Kalau ada hukuman pencopotan ya saya dukung.
Itu bagian dari risiko tugas. Lebih bagus copot jabatannya daripada
dicopot nyawanya," tegas Oegroseno di kawasan Menteng, Jakarta Pusat,
Sabtu (22/11/2014).
Oegroseno menyarankan pemulihan ke depan agar
tak terjadi bentrok, duduk bersama antar-kepala institusi sampai ke
tingkat bawah itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, semua yang menjadi
permasalahan harus ada jalan penyelesaian. Dan bila perlu Rapim Polri
dan TNI itu seharusnya dibahas.
"Jangan hanya mendengarkan
instruksi dari presiden saja. Mungkin perlu dibuat tim, bagaimana
caranya menyelesaikan masalah (bentrokan TNI-Polri). Recovery
ke depan, kumpulkan mereka, ajak patroli bersama-sama. Dua orang
polisi, dua orang militer bersama-sama nggak usah bawa senjata. Sekarang
saya rasakan itu tidak ada komunikasi dengan masyarakat," terang Oegro.
(Ans) (Liputan6.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Hindari Bentrok TNI-Polri, Eks Wakapolri Sarankan Patroli Bersama"
Post a Comment